spot_img
HomeQuick BytesRiset Akamai dan IDC: 80% CIO di Asia Pasifik Akan Beralih ke...

Riset Akamai dan IDC: 80% CIO di Asia Pasifik Akan Beralih ke Layanan Edge pada 2027

Generatif AI (GenAI) mulai mengubah wajah bisnis di ASEAN. Sebanyak 91% perusahaan percaya teknologi ini akan mendisrupsi operasional dalam 18 bulan ke depan.

Namun, model cloud terpusat tradisional tidak lagi mampu memenuhi tuntutan performa dan kepatuhan. Kompleksitas multicloud, biaya tak terduga, serta latensi menjadi kendala utama dalam skala produksi.

Saat ini, 16% perusahaan di ASEAN sudah menerapkan GenAI di tahap produksi. Sisanya masih pada tahap uji coba atau pengujian konsep.

Di tingkat Asia Pasifik, 31% organisasi telah mengoperasikan aplikasi GenAI di produksi, sementara 64% masih bereksperimen. Peralihan cepat ini menunjukkan betapa mendesaknya modernisasi infrastruktur.

Untuk mengatasi hambatan, perusahaan perlu mengadopsi layanan edge. Model ini membawa komputasi lebih dekat ke lokasi pengguna, mengurangi latensi, dan menjaga kendali data.

Menurut riset IDC untuk Akamai Technologies, investasi edge di ASEAN akan tumbuh pesat pada 2025. Pasar seperti Indonesia akan menjadi fokus karena kebutuhan operasional di lokasi terpencil.

Strategi Edge-First dan Masa Depan AI di ASEAN

Pada 2027, sebanyak 80% CIO di Asia Pasifik diperkirakan beralih ke layanan edge. Pergeseran ini dipicu oleh tuntutan performa, kepatuhan, dan kebutuhan beban kerja AI yang lebih kompleks.

Edge memungkinkan pemrosesan langsung di lokasi data dihasilkan. Hal ini tidak hanya menurunkan biaya transfer, tapi juga mendukung aplikasi latensi rendah.

Skenario penggunaan edge semakin meluas di berbagai industri. Ritel memanfaatkan untuk omni-channel, manufaktur untuk rantai pasok, dan telekomunikasi untuk wawasan real-time.

Di Indonesia, edge mendukung operasional bisnis di luar kota besar, menjaga keamanan data, dan mematuhi regulasi lokal. Hal ini penting di negara dengan populasi tersebar luas.

IDC mencatat bahwa 96% perusahaan ASEAN pengguna GenAI akan mengandalkan IaaS cloud publik untuk pelatihan dan inferensi AI. Namun, infrastruktur edge menjadi pelengkap vital dalam menjamin kelancaran operasional.

Untuk sukses, perusahaan perlu membangun strategi AI yang menyeluruh. Ini termasuk penguatan tata kelola data, interoperabilitas multicloud, serta pemanfaatan automasi dan FinOps.

Edge-first bukan sekadar teori, tetapi strategi nyata yang kini diterapkan organisasi di ASEAN. Dengan pendekatan ini, perusahaan dapat menciptakan efisiensi, pengalaman pelanggan baru, serta daya saing jangka panjang.

GenAI telah menjadi katalis bagi evolusi edge. Infrastruktur digital masa depan akan semakin terdistribusi, fleksibel, dan berorientasi pada kebutuhan nyata bisnis.

RELATED ARTICLES

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisment -
Google search engine

Most Popular

Recent Comments